Selasa, 06 Desember 2011

Who am I? I am Nisa Setya Dini


Who Am I?
Who Am I? Yang dalam bahasa Indonesia berarti Siapa Saya? Saya Siapa? Pasti ada saja pertanyaan itu dalam benak setiap manusia. Beberapa waktu yang lalu saya mendapat pertanyaan ini. Who am I? Siapakah saya? Hemm.. jika anda yang mendapat pertanyaan ini, apa jawaban anda? Apakah anda dapat dengan mudah menggambarkan diri anda, kepribadian anda, cita-cita dan mimpi anda? Apakah anda tahu jawabannya? Kenapa harus ada pertanyaan itu? Tidak dapatkah kita menjalani hidup tanpa berpikir, mengalir seperti air dan menghanyutkan diri dalam segala kejadian di sekeliling kita? Bisakah kita menjadi zombie, berpusat pada ego pribadi dan terus maju tanpa perlu mempertanyakan hakikat keberadaan kita di dunia? Saya jadi ingat pernyataan dari filsuf besar masa lalu, Rene Descartes di abad ketujuh belas. "Cogitu Ergo Sum". Yang dalam bahasa Indonesia berarti "Saya berpikir maka saya ada". Saya berpikir, maka saya ada. Maksud yang saya tangkap adalah adalah "saya adalah apa yang saya pikirkan". Belajar mengenali diri sendiri adalah bagian dari proses mengenali jati diri yang sesungguhnya. Selain itu, mengenali diri sendiri seharusnya bisa menjadi proses awal mendeteksi kelebihan dan kekurangan kita. Saya yakin, ada beberapa jawaban untuk pertanyaan itu. Mungkin mudah untuk sebagian orang, sangat sulit untuk yang lainnya. Untuk saya, jawaban yang menunjukkan identitas diri saya saat ini adalah, "Saya seorang mahasiswa jurusan Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember". Identitas inilah yang terpenting bagi saya saat ini, di antara banyak jawaban lainnya. Kenapa? Karena saya belajar banyak mengenai hidup dalam tujuh belas tahun yang pendek dalam kehidupan saya. Saya belajar kehidupan dari orang tua, keluarga, teman-teman, bahkan dari orang yang saya tidak kenal. Perjuangan mengenali mereka membawa saya makin mengenali diri sendiri. Banyak yang mempercayai saya untuk menceritakan masalah pribadinya. Lebih dari satu, mulai dari teman SD, teman SMP, teman SMA hingga teman kuliah sekarang ini. Mereka menceritakan mulai dari masalah keluarga, masalah pertemanan, persahabatan, hingga kisah cintanya. Dan yang paling sering saya dengar adalah tentang kisah cinta, yaitu ‘Saya tidak bias melupakan dia’ sebuah tema kisah cinta yang sulit dan menggalaukan bagi sang pendengar pastinya. Karena dari segi mana pun perasaan itu tidak bisa dipaksakan,biarkan mengalir adanya meskipun ada rasa sakit. Mungkin mengatakan itu mudah, tapi membuat orang lain yang sedih dan tertutup hatinya yang sulit. Itu yang membuat saya galau selama ini apabila mendengar kisah seperti itu. Dari setiap kisah yang saya dengar, saya pasti mengambil hikmahnya. Apapun itu, Karena Allah tidak mungkin membuat permasalahan dalam kehidupan kita tanpa ada hikmahnya. Dan saya sering berbagi hikmah suatu kehidupan kepada sahabat saya yang menurut saya mempunyai satu pemikiran dengan saya. ‘Life is never flat’ salah satu kalimat yang pernah saya dengar dari media elektronik yang sudah tidak jarang lagi di Negara kita ini, yaitu Televisi. Hidup setiap orang itu bisa saya pastikan tidak ada yang itu-itu saja. Kalau ada yang ‘flat’ coba kita cari tau, apakah benar-benar karena tidak ada hal yang berbeda, atau memang cara dia menanggapi hidupnya itu yang biasa saja. Dari cuplikan cerita saya di atas tadi, bisa disimpulkan sifat saya seperti apa. Peka, Pendengar yang baik dan tidak pernah pilih-pilih teman. Bagaimana kekurangan orang lain, maka saya akan menerima orang terserbut. Karena saya percaya bahwa setiap orang pasti memiliki sifat negative dan positif, sehingga seburuk-buruk apapun seseorang, PASTI ada sisi baiknya. Begitu pula sebaliknya, sebaik-baiknya seseorang, PASTI ada sisi buruknya. Karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tapi kitalah yang mengejar kesempurnaan. Hari ini 26 November 2011 saya ingin bercerita sedikit tentang mentoring saya hari ini, ilmu yang bisa saya dapatkan hari ini adalah Tajwid. Suatu hal yang sudah diajarkan sejak SD, namun baru kali ini saya benar-benar paham. Kenapa? Karena saya dulu kurang belajar dengan sungguh-sungguh. Akhirnya saya mulai instropeksi diri, bahwa saya belum ada apa-apanya dalam ilmu agama. Saya bertekad mempelajari ilmu agama lebih dalam lagi. Dari cuplikan cerita saya yang kedua di atas saya menyimpulkan diri saya bahwa saya mudah terbawa, mudah down, galau, sedih, bahagia, maupun marah. Dan mulai sekarang sayalah yang akan menentukan bagaimana saya ke depannya, karena setiap keputusan yang saya ambil sekarang, maka itu akan menentukan kehidupan saya selanjutnya. Sejujurnya saya bingung ketika mengerjakan tugas ini, saya hanya bisa menceritakan kehidupan saya dan dari cerita tersebut bisa disimpulkan ‘Who Am I’. Apabila Anda yang diberi pertanyaan tersebut, apa jawaban Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar